Semua manusia pasti ingin bahagia. Sayangnya, di zaman ini kebanyakan manusia menganggap bahwa kebahagiaan hanya terletak pada materi belaka. Artinya seseorang memandang dirinya dan dipandang oleh orang lain sebagai orang yang bahagia jika sudah memiliki harta melimpah, jabatan bergengsi, deretan mobil, hamparan tanah yang luas dan seabrek fasilitas dunia lainnya.
Padahal dari semua harta itu tidak akan bisa tercipta kebahagiaan sejati, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassallam memiliki kriteria tersendiri untuk menilai apakah seseorang masuk sebagai golongan yang diberikan kebahagiaan atau tidak. Berikut adalah 9 Tanda Kebahagiaan Menurut Rasulullah yang disarikan dari beberapa hadits nabawi.
9 Tanda Kebahagiaan Menurut Rasulullah
1) Qalban Syakiro
Diantara tanda kebahagiaan adalah hati yang selalu bersyukur, artinya senantiasa menerima apa adanya (Qana'ah), sehingga tidak ada ambisi yang berlebihan, tidak ada stress, inilah nikmat bagi hati yang selalu bersyukur.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Lihatlah orang yang berada di bawah kamu, dan jangan lihat orang yang berada di atas kamu, karena dengan begitu kamu tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan-Nya kepada kamu” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” (HR. Tirmidzi)
2) Al-Azwaj As Shalihah
Pasangan hidup yang shaleh/shalihah, pasangan hidup yang shaleh/shalihah akan menciptakan kebahagiaan dalam hidup dan menjadikan suasana rumah dan keluarga yang sakinah mawaddah warahmah.
Abdullah bin Amr radhiallahu ‘anhuma meriwayatkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الدُّنْيَا مَتاَعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ
“Sesungguhnya dunia itu adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita shalihah.” (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar ibnul Khaththab radhiallahu ‘anhu:
أَلاَ أُخْبِرَكَ بِخَيْرِ مَا يَكْنِزُ الْمَرْءُ، اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، إِذَا نَظَرَ إِلَيْهَا سَرَّتْهَ وَإِذَا أَمَرَهَا أَطَاعَتْهَ وَإِذَا غَابَ عَنْهَا حَفِظَتْهَ
“Maukah aku beritakan kepadamu tentang sebaik-baik perbendaharaan seorang lelaki, yaitu istri shalihah yang bila dipandang akan menyenangkannya, bila diperintah akan mentaatinya, dan bila ia pergi si istri ini akan menjaga dirinya.” (HR. Abu Dawud)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah pula bersabda:
أَرْبَعٌ مِنَ السَّعَادَةِ: اَلْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ، وَالْمَسْكَنُ الْوَاسِعُ، وَالْجَارُ الصَّالِحُ، وَالْمَرْكَبُ الْهَنِيُّ. وَأَرْبَعٌ مِنَ الشّقَاءِ: الْجَارُ السّوءُ، وَاَلْمَرْأَةُ السُّوءُ، وَالْمَركَبُ السُّوءُ، وَالْمَسْكَنُ الضَّيِّقُ
“Empat perkara termasuk dari kebahagiaan, yaitu wanita (istri) yang shalihah, tempat tinggal yang luas/lapang, tetangga yang shalih, dan tunggangan (kendaraan) yang nyaman. Dan empat perkara yang merupakan kesengsaraan yaitu tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalihah), kendaraan yang tidak nyaman, dan tempat tinggal yang sempit.” (HR. Ibnu Hibban dalam Al-Mawarid)
3) Al-Aulad Al Abrar
Anak yang shaleh/shalihah. Doa anak shaleh/shalihah kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah, berbahagialah orang tua yang memiliki anak shaleh/shalehah.
Dalam sebuah hadits pernah disebutkan, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW sedang thawaf. beliau bertemu dengan seorang anak muda yang pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu : “Kenapa pundakmu itu ?” Jawab anak muda itu : “Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yang sudah udzur. Saya sangat mencintai dia dan saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya”. Lalu anak muda itu bertanya: Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk kedalam orang yang sudah berbakti kepada orang tua?
Rasulullah SAW sambil memeluk anak muda itu dan mengatakan: “Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yang soleh, anak yang berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu”.
Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dengan menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah. Berbahagialah kita bila memiliki anak yang sholeh.
4) Al-Bait As Shalihah
Lingkungan yang kondusif untuk iman kita. Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang shaleh yang selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan bila kita salah.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa agama seseorang itu bisa rusak karena lingkungan pergaulannya. Beliau bersabda,
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang itu akan mengikuti agama teman dekatnya (lingkungan pergaulannya). Oleh karena itu hendaknya kalian perhatikan siapakah yang kalian jadikan sebagai teman dekatnya” (HR Abu Daud)
Berbahagialah orang-orang yang dalam kehidupannya senantiasa dikelilingi oleh orang-orang yang shaleh.
5) Harta yang Halal dan Berkah
Harta yang halal. Bukan banyak harta, tapi harta yang dimiliki mubah atau bahkan haram wal 'iyadu billah. Harta yang halal akan menjauhkan setan dari hati. Hati menjadi suci, bersih dan kokoh. Sehingga memberikan ketenangan dan kebahagiaan dalam hidup.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah SAW pernah bertemu dengan seorang sahabat yang berdoa mengangkat tangan. “Kamu berdoa sudah bagus”, kata Rasulullah SAW, “Namun sayang makanan, minuman dan pakaian dan tempat tinggalnya didapat secara haram, bagaimana doanya dikabulkan?”.
Berbahagialah menjadi orang yang hartanya halal karena doanya cepat dikabulkan oleh Allah. Harta yang halal juga akan menjauhkan setan dari hatinya, maka hatinya semakin bersih, suci dan kokoh, sehingga memberi ketenangan dalam hidupnya. Maka berbahagialah orang-orang yang selalu dengan teliti menjaga kehalalan hartanya.
6). Tafaquh fid-dien
Semangat untuk memahami ilmu agama. Dengan belajar ilmu agama, semakin cinta kepada agama yang hanif ini, semakin tinggi pula kecintaan terhadap Allah dan RasulNya. Cinta inilah yang akan memberi cahaya bagi hati seorang mukmin.
Dan mempelajari ilmu agama (tafaqquh fiddin) adalah amalan yang paling utama dan termasuk tanda kebaikan pada seseorang. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ
“Barangsiapa dikehendaki baginya kebaikan oleh Allah, Maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Karena dengan mendalami ilmu agama akan mengantarkan kita kepada ilmu yang bermanfaat, di mana setiap amalan shalih dibangun di atas pondasi ilmu dan ajaran kebenaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Bukan atas dasar ngawur dan serampangan.
7). Umur yang Barokah
Sudah merupakan fitrah jika manusia mencintai harta dan menyukai umur yang panjang, bahkan semakin usia bertambah kedua hal tersebut semakin bertambah besar, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
يَكْبَرُ ابْنُ آدَمَ وَيَكْبَرُ مَعَهُ اثْنَانِ حُبُّ الْمَالِ وَطُولُ الْعُمُرِ
"Anak Adam semakin tua, dan dua perkara semakin besar juga bersamanya: cinta harta dan panjang umur." (HR. Tirmidzi)
Namun tanda kebahagiaan ini akan nampak pada seseorang jika semakin tua semakin menjadi sholeh. Setiap detiknya diisi dengan amal ibadah. Makin tua makin rindu untuk bertemu dengan Sang Pencipta. Inilah semangat hidup orang-orang yang barokah umurnya.
Dalam sebuah hadits juga disebutkan, bahwa ada bahwa seorang laki-laki bertanya pada nabi, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang terbaik?” Beliau menjawab, “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya”. Dia bertanya lagi, “Lalu siapakah orang yang terburuk?” Beliau menjawab, “Orang yang berumur panjang dan buruk amalnya”. (HR. Ahmad)
8). Ilmu yang Bermanfaat
Diantara salah satu tanda kebahagiaan seseorang ketika hidup di dunia adalah memiliki ilmu yang bermanfaat, Baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Dan ilmu yang bermanfaat inilah yang bisa menjadi tameng azab kubur sekaligus memberikan pahala yang terus mengalir bagi pemiliknya walaupun sudah meninggal.
Sabda Rasulullah SAW,
إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim)
Imam Mujahid bin Jabr mengatakan bahwa yang dimaksud ilmu bermanfaat adalah yang bisa membawanya kepada ketaatan kepada Allah Ta’ala. (Al-Bidaayah wan Nihaayah V/237)
Seperti apakah ilmu bermanfaat menurut hadits diatas? Berikut adalah perkataan dari para ulama.
“Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang masuk (dan menetap) ke dalam relung hati (manusia), yang kemudian melahirkan rasa tenang, takut, tunduk, merendahkan dan mengakui kelemahan diri di hadapan Allah Ta’ala” (Al Khusyuu’ fish shalaah)
Apakah yang dimaksud adalah semua cabang ilmu? Bukan, Tapi yang dimaksud ilmu bermanfaat disini adalah seperti ilmu berikut,
“Ilmu yang paling utama adalah ilmu tafsir Al-Qur-an, penjelasan makna hadits-hadits Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan pembahasan tentang masalah halal dan haram yang diriwayatkan dari para Shahabat, Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, dan para imam terkemuka yang mengikuti jejak mereka…”
“Ilmu itu apa yang dibawa dari para Shahabat Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam, adapun yang datang dari selain mereka bukanlah ilmu.” (Fadhlu ‘Ilmi Salaf ‘alal Khalaf)
9). Khusnul Khotimah
Inilah ciri-ciri yang tampak jelas pada orang yang hidupnya bahagia, Yaitu meninggal dalam keadaan khusnul khotimah. Seburuk apapun kelakuan manusia pasti tak ingin mati dalam keadaan konyol atau su'ul khotimah. Karena di waktu perakhiran inilah yang akan menentukan apakah seseorang termasuk dari golongan ahli surga atau neraka.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
إنَّمَا الأَعْمَالُ بِالخَـوَاتِيْمُ رواه البخاري وغَيْرُهُ
“Sesungguhnya amalan itu (tergantung) dengan penutupnya”. (HR Bukhari dan lainnya)
Baca Juga:
- Inilah Keistimewaan, Keutamaan Dan Pahala Azan Bagi Para Muadzin
- Mengerikan, Beginilah Suara yang Akan di Dengar Mayit
- Berikut Tips “Bercinta” Sehat ala Rasulullah
Semoga Allah memudahkan kita untuk memiliki 9 Tanda Kebahagiaan Menurut Rasulullah yang telah disebutkan diatas. Aamiin Ya Allah.