Bagi yang sudah berumah tangga, fitrah dalam kehidupan suami istri adalah memiliki rasa cinta
terhadap pasangannya. Cinta ini jika benar-benar dilandasi iman akan
menghadirkan kekuatan super dahsyat yang mampu menjadi motor penggerak
perubahan. Sebab cinta yang tumbuh karena iman adalah bahtera terbaik
untuk sukses mengarungi samudera kehidupan di dunia dan akhirat.
Lihatlah
cinta antara Nabi Ibrahim dan Siti Hajar, Nabi Muhammad dan Khadijah,
serta cinta sayyidina Ali dengan Fatimah Az-Zahra. Islam sebagai sebuah
peradaban memandang cinta suami istri sebagai perkara utama. Islam tidak
melewatkan satu perkara pun dalam kehidupan ini. Semua telah diatur
sedemikian rupa, termasuk perkara bercinta. Hal ini adalah hak
sekaligus kewajiban pasangan suami istri untuk saling membahagiakan, dan
sebagai langkah ikhtiar menghadirkan generasi baru.
Dalam
hal ini, Rasulullah memberi petunjuk yang sangat sempurna terkait
urusan bercinta yang sehat. Cara bercinta Nabi adalah cara paripurna
untuk menjaga keharmonisan rumah tangga, sehingga tidak ada yang lebih
indah bagi seorang suami melainkan istrinya sendiri. Begitu pula
sebaliknya, tidak ada yang sangat menawan bagi seorang istri, selain
suaminya sendiri. Karena dalam spirit cinta Nabi, telah tertanam harapan
kuat demi lahirnya generasi rabbani yang mengabdi kepada Allah dan demi
kejayaan Islam.
Lantas, bagaimanakah bercinta sehat ala Rasulullah SAW?
Pertama,
Rasulullah menciptakan suasana rumah yang romantis. Karena suasana
rumah yang membuat suami istri betah di dalamnya dan selalu siap
bercinta dengan pasangan merupakan kebutuhan yang utama. Maka jadikanlah
rumah sebagai surganya dunia, yang memberikan kehangatan dan kenyamanan
bagi penghuninya lebih khusus bagi suami istri. Namun sayangnya, pada
sebagian pria sering terlupa akan urusan romantisme ini. Sedangkan
banyak wanita yang justru menyukai suasana romantis dan membutuhkan
suasana ini sebelum bercinta.
Kedua,
Istri Rasulullah tidak pernah menolak ajakan Rasulullah untuk bercinta.
Rasulullah bersabda, Jika suami mengajak tidur istrinya, lalu sang
istri menolak, yang menyebabkan sang suami marah kepadanya, maka
malaikat akan melaknat istri tersebut sampai pagi tiba. (HR Bukhari dan
Muslim). Dari hadist ini, Rasulullah mengajak para istri untuk berupaya
menciptakan suasana rumah tangga yang penuh gelora cinta karena istri
yang shalihah tidak akan pernah menemui suaminya dalam kondisi
terpanggil, tetapi menyerahkan diri dengan sepenuh hati. Namun suami
bukan berarti punya hak untuk memaksa, ia harus tahu apakah istrinya
dalam kondisi kelelahan atau tidak. Maka kuncinya dalah
mengkomunikasikan dengan pasangannya masing-masing.
Ketiga, Rasulullah
memilih waktu-waktu tertentu untuk bercinta. Secara khusus ada tiga
waktu yang diisyaratkan dalam Alquran untuk suami istri bercinta; yakni
sebelum Subuh, tengah hari dan setelah Isya. Allah berfirman, Hai
orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang
kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta
izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat
subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan
sesudah shalat Isya. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa
atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka
melayani kamu, sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebagian (yang
lain) (An-Nur: 58). Suami istri sebaiknya bisa mengatur waktu, agar
aktivitas bercinta dapat terlaksana sesuai dengan yang seharusnya
sehingga terciptalah keharmonisan rumah tangga.
Keempat,
Rasulullah bercinta pada tempat yang benar secara syariat. Yakni
Rasulullah mendatangi istri pada tempatnya (farji) bukan yang lain
(dubur/anal). Rasulullah bersabda, Allah tidak akan melihat orang yang
menyetubuhi seorang laki-laki atau isterinya pada bagian dubur. (HR.
Tirmidzi dan Nasai). Mengapa demikian? Karena alat kelamin manusia
diciptakan oleh Allah SWT bukan semata untuk memuaskan keinginan, tetapi
juga untuk melahirkan generasi. Jadi, aktivitas bercinta yang tidak
sesuai syariat Islam tentu hukumnya haram.
Kelima,
Istri Rasulullah berhias diri seindah/sewangi mungkin sebelum bercinta.
Sudah menjadi fitrah manusia suka melihat yang indah dan mencium yang
harum. Oleh karena itu, Islam juga mengajarkan agar istri dan juga suami
untuk suci, bersih dan berhias diri sebelum bercinta. Dengan demikian
hasrat cinta akan tetap terjaga, sehingga terciptalah keharmonisan rumah
tangga yang luar biasa.
Keenam,
Rasulullah mesra dan memberikan rayuan pada istrinya. Aktivitas
bermesra-mesraan ini dalam dunia fiqh biasa disebut dengan istilah
istimta, yang artinya bersenang-senang, atau bernikmat-nikmat. Jadi,
sebelum bercinta baiknya suami atau istri melakukan cumbu rayu. Hanya
saja pada sebagian suami melupakan masalah ini. Seolah-olah yang
terpenting hanyalah menunaikan hasrat sesegera mungkin.Dari Ibnu
Qudamah; Dianjurkan (disunahkan) agar seorang suami mencumbu istrinya
sebelum melakukan jima supaya bangkit syahwat istrinya, dan dia
mendapatkan kenikmatan seperti yang dirasakan suaminya.
Ketujuh,
Rasulullah berdoa sebelum bercinta. Dalam sebuah hadis yang
diriwayatkan Abdullah bin Abbas dituturkan, Rasulullah bersabda: “Jika
salah seorang di antara kalian hendak mencampuri istrinya, maka
hendaknya membaca doa, Bismillah, Allahumma jannibnaa asy-syaithan, wa
jannib asy-syaithana ma razaqtana (Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah
jauhkanlah kami dari setan. Dan jauhkan setan dari apa-apa yang Engkau
karuniakan kepada kami (anak keturunan). Dengan memanjatkan doa, semoga
anak yang lahir dari buah percintaan bisa menjadi anak yang soleh dan
takwa kepada Allah Taala.
Demikianlah
tips bercinta sehat ala Rasulullah yang diatur oleh syariat Islam.
Menariknya, yang disyariatkan ini merupakan suatu aturan yang sesuai
dengan nurani manusia sehingga bercinta sesuai syariat Islam menjadikan
tubuh sehat, jiwa bahagia, dan tentu mendapat berkah terutama hadirnya
generasi yang soleh, insya Allah.